Ini mungkin bisa dibilang sebagai seonggok curhatan baku. Kata sahabat aku, blog bisa diisi sama curhatan isi hati kita, awalnya aku kurang srek kalo curhat disini, tapi entah apa yang menarikku untuk mengungkapan unekunek di hatiku ini. Jadi begini isi hati dan pikiranku.
Problem 1
Saat ini, aku aktif di suatu organisasi sekolah, biasanya organisasi ini dilaksanakn setiap hari sabtu. Kemudian ada satu pihak yang kurang suka kalau aku terlalu sering jarang berada di rumah (walaupun ngga bilang secara langsung kalo pihak itu tidak setuju). Pada awalnya aku mencoba mengerti dan hanya mendengarkan apa kata pihak itu tanpa melakukan tindakan yang ia mau. Lama kelamaan, aku mulai merasa risih dengan sikapnya, entah apa yang harus aku lakukan. Aku nyaman berada dalam organisasi itu, tidak ada suatu beban yang mendalam, aku suka dan bangga menjadi bagian dari organisasi itu. Entah apa yang pihak itu pikirkan, akupun ngga ngerti. Dan sekaang aku berfikir, aku adalah aku, ini kehidupanku, aku yang menjalankan dan aku yang menanggung risikonya kalaupun ada.
Problem 2
Kemudian yang satu ini yang sangat menguras pikiranku. Lagi-lagi, entah apa yang harus aku lakukan untuk membuat mereka mengerti.
Sejak kecil, aku bercita-cita menjadi seorang arsitektur, hingga aku duduk di bangku kelas 2 SMA. Pada saat itu aku memikirkan apa yang seseorang katakana padaku, menjadi arsitektur di masa depan, kemungkinan akan jarang mendapat job karena sudah banyak teknologi canggih yang bisa dimanfaatkan. Dan pada saat yang bersamaan, pupus sudah cita-citaku ini. Kemudian, entah kenapa, ada seseorang yang membangkitkan cita-citaku kembali bangkit. Setelah kepercayaanku menjadi arsitektur bangkit, 2 orang terpenting dalam hidupku, aku rasa mereka tak mendukungku untuk meraih cita-cita itu. Sejak awal aku ingin melanjutkan kuliah di, sebut saja BIT, namun mereka tak mengizinkanku. Satu pihak dari mereka berkata padaku ‘emang yakin jadi arsitek?’ dengan nada bicara dan mimiknya yang seperti itu, aku tau ia sepenuhnya tak mendukungku. Dan satu pihak lainnya menyarankanku di univ lain, dan aku menjawabnya
‘kalo di univ lain aku gaberani ngambil arsitek, kalo bisa di BIT aja’
‘BIT mahal’
‘cari beasiswa dari sekarang’
‘mending kalo dapet’
Desssssss….. pasti hatiku sedang berirama seperti itu.
Kata-kata diatas adalah kata-kata yang sangat amat menusuk hati serta pikiranku. Aku tau masuk ke univ BIT itu gamurah, tapi aku mau berusaha. Aku emang gatega kalo mereka ngeluarin uang yang sangat amat banyak, karena aku juga punya perasaan juga hati dan tentu pikiran.
Untuk saat ini, mungkin akan aku ikuti apa mau mereka, sampai pemikiranku matang, lalu aku akan bertindak seperti apa yang aku mau.